Senin, 30 September 2019

Cara Membuat tema Di Wordpress (CMS)

Langkah yang harus dipersiapkan dalam membuat tema adalah yang pertama mempersiapkan web yang akan kita buat tema tersebut. Kita instal terlebih dahulu lalu Extract dengan cara klick Extract Here dan simpan di folder C/xampp/htdoct/nama folder. setelah dibuat Folder nya kita buka menggunakan alamat IP/nama folder yang dibuat lalu kita buat databasenya dengan cara klick di search Localhost/phpmyadmin.
Cara membuat Tema anak dalam Wordpress (CMS)
Tema anak yang akan digunakan kali ini yaitu dengan Tema Twenty Seventeen

  1. Buka Folder yang digunakan di htdocs, saya beri nama di folder tersebut aeniyah. 
  2. Buka folder dengan nama aeniyah wp-content, lalu klick themes
  3. Klick New Folder, beri nama folder tersebut dan saya beri nama aeniyah pada folder tersebut.
  4. Klick folder baru tadi > Klick kanan > pilih kata "New" > Teks Document ( Rename menjadi "style.css" )
  5. Klik kanan pada style.css > Klik Edit with Notepa++
  6. Buka style.css dari tema asli yang kita buat tema tersebut, lalu copy.
  7. Buka style.css yang akan kita buat tema tadi lalu paste.
  8. Tambahakan dan ganti nama kode berikut:
*/
  • Thema Name :
  • Thema URL :
  • Description :
  • Author :
  • Author URL :
  • Tempalte :
  • Version :
  • Teks Domain :
@import url("../nma tema/style.css");

/*

NB : Untuk Teks Domain menggunakan Nama Folder Tema (aeniyah), jangan lupa import agar menyatakan bahwa tema yang dibuat berasal dari tema utama yang mana, setelah selesai klik save.

9. Buka dasbor wordpress, buka menu Appearance > Themes untuk melihat Thema anak yang sudah dibuat dan klik Activate.


10. Buka website yang digunakan lalu Refresh maka tema akan berubah dan agak sedikit berantakan karena functions.php belum digunakan.


11. Dari menu Appearance > Editor pilih functions.php. Copy dan paste kode ini
<?php
add_action( 'wp_enqueue_scripts', 'enqueue_parent_styles' );
function enqueue_parent_styles() {
wp_enqueue_style( 'parent-style', get_template_directory_uri().'/style.css' );
}
?>
12. Klik Update dibagian bawah halaman untuk menyimpan perubahan.
13. Buka kembali Website maka tema akan melihat css yang sudah bisa dipanggil dan tema sekarang sudah terlihat sama persis dengan tema utama.

Rabu, 25 September 2019

Diary Absurd

Rabu, 26 Juni 2019 hari pertama saya masuk RGI setelah dinyatakan lulus seleksi melewati beberapa tahapan. Mulai dari daftar online dan interview.  Awalnya masih percaya gak percaya bisa lolos seleksi masuk RGI dengan banyaknya calon santri yang mendaftar. Tapi Allhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk bisa belajar di RGI. Hari pertama masuk saya di antar oleh keluarga  mulai dari Ayah, Ibu, dan ketiga adik saya.
Dengan bawaan yang tak sedikit, saya membawa tiga ransel yang di dalamnya ada bantal, selimut, baju dan yang lainnya. Lalu bawa satu plastik besar yang isinya adalah ember. Saya tidak tahu kalo di RGI semua fasilitas sudah disediakan. Awalnya sempat malu juga karena barang bawaannya banyak. Tapi ya setelah dijalani ternyata memakai milik sendiri itu lebih leluasa memakainya.
Hari pertama masih agak malu-malu untuk berkenalan dengan santri yang lainnya, meskipun ada teman satu sekolah yang lolos juga. Karena ini adalah kali pertama saya jauh dari orang tua dan masuk asrama. 
Hari pertama saya tidur di asrama satu dengan 20 orang santri, suhunya begitu panas meskipun memakai AC, karena harus beradaptasi terlebih dahulu. Hari kedua, yaitu masa ta’aruf (perkenalan) antar santri dan para instruktur. Kami para santri diharapkan bisa saling mengenal satu dengan yang lainnya, mempererat tali persaudaraan. Banyak santri dari luar daerah yang berbeda-beda, bahasa, suku, dan budaya. Disini kami disatukan dengan tujuan yang sama, yaitu sama-sama menuntut ilmu. Setelah masa ta’aruf selesai saya di pindahkan ke asrama dua dengan santri 19 orang. Jumlah santri yang di terima di RGI ada 120 orang, perempuan 61 orang, sedangkan laki-laki 59. Saya mempunyai teman baru dari berbagai daerah seperti Bogor, Bekasi, Bandung, Jakarta, Sulawesi, Kalimantan dan yang lainnya. Kami semua bertukar cerita tentang kampung halaman kami masing-masing.
Disini kami diajarkan tentang kedisiplinan, dimulai dari bangun pagi untuk tahajud, yang semula dirumah jarang banget tahajud, shalat duha, belajar ilmu agama atau disebut SCC(Spiritual Care community) ada mata pelajaran Fikih, Al-Qur’an Hadist, kitab, baca Al-Qur’an, pelajaran formal, menulis kreatif, kultum. Belajar tanggung jawab untuk diri sendiri dan lingkungan, mulai dari cuci baju sendiri, masak, membersihkan lingkungan, menjaga diri sendiri. Selesai kegiatan, jika tidak ada jam tambahan kami pasti kumpul diluar untuk sekedar bersenda gurau ataupun makan-makan sebelum kami semua pergi untuk istirahat.

@menuliskreatif.rgi | Diary
@aenniyah27@gmail.com
@aenniyah27 [ig]

Film Pendek "SPEED" | Rumah Gemilang Indonesia

Absurd Story

Satu Malam Yang Tak Bertepi
[Secarik Kisah Yang Tak Terlupakan Telah Terlewatkan]


Semilir angin pagi menerpa wajah manisku, wajah yang baru saja di poles dengan sedikit taburan bedak. Saya berniat akan pergi menjumpai saudariku di Puncak-Bogor sana untuk camping dan berlibur sesaat sebelum masuk masa diklat, tentu dengan izin dari kedua orang tua. Saya berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB sekiranya tidak macet dapat diperkirakan saya sampai pada pukul 08.30 WIB. Namun pada kenyataannya saya sampai disana pada pukul 10.30 WIB dikarenakan pada hari itu masih termasuk hari libur sekolah dan hari pertama masuk kerja untuk karyawan swasta ataupun yang lainnya. Kemacetan terjadi karena buka tutup jalur agar mengurangi sedikit kemacetan di upayakan oleh polisi.
Sesampainya di rumah mba Rahma saudari perempuan saya di Puncak, tak lama kemudian saya dan mba Rahma pergi kembali ke tempat tujuan sesungguhnya yaitu tempat perkemahan Mandalawangi daerah Cibodas. Kami berangkat dari rumah pukul 13.00 WIB. Saya berkemah tidak hanya berdua saja, namun disana ada delapan orang teman mba Rahma yang telah menunggu. Total semua yang ikut berkemah adalah sepuluh orang. Tentu seperti kebanyakan orang berkemah, teman-teman mba Rahma  membawa perlengkapan kemah seperti tenda, kompor, alat masak  dan yang lainnya untuk keperluan bersama. Berbeda dengan saya dan mba Rahma, di dalam ransel kami tidak ada peralatan yang pada umumnya orang berkemah bawa. Kami hanya membawa jaket tipis, selimut kecil yang hanya cukup untuk satu orang, dompet, peralatan shalat dan handphone.
Setelah menemukan tempat yang pas untuk kami istirahat, segera kami dirikan tenda. Tenda yang kami dirikan ada tiga. Waktu terus saja berlalu, matahari mulai menunjukan semburat jingga menampilkan keindahannya. Tiada henti mata kami memandang dan berlomba mengabadikan momen terbaik di kala itu.
Matahari pun sudah enggan memamerkan keindahannya, kini ia di gantikan oleh sang rembulan. Selepas shalat isya kami semua berkumpul melingkar diluar tenda untuk sekedar bercengkrama menukar pikiran satu sama lain. Kami menghangatkan tubuh kami dengan membakar kayu-kayu kering yang kami cari di sore hari, tak lupa dengan secangkir kopi yang disuguhkan. Malam semakin larut dan hawa dingin mulai menusuk hingga ke tulang. Kami telah menghabiskan banyak cerita, mulai dari pengalaman pribadi, kejadian-kejadian konyol ataupun aneh yang memalukan lainnya. Setelah puas bercerita kami semua masuk tenda masing-masing dan tertidur.
Keeseokan paginya kami pergi hiking ke curug Cibereum dengan rute yang tidak mudah ditempuh. Kami semua pergi dengan pakaian drass panjang dan jilbab menjulur, berbeda dari kebnayakan orang hiking biasanya yang menggunakan celana dan baju kaos biasa. Banyak lintasan yang kami lalui salah satunya ‘Jalur Mantan’ yang pada kenyataannya itu adalah ‘Jalur Lintasan Babi’, semua terbahak mendengar pernyataan yang dilontarkan itu. Tak heran pikiran kami pun langsung tertuju pada masa lalu suram itu yang tak harus diulanginya lagi.
Sesampainya di Curug kami semua senang melihat air terjun yang jatuh dari atas ke bawah tak henti-hentinya, itu semua bukan kali pertama untuk saya namun hal seperti itu selalu mengingatkan saya agar selalu bersyukur atas Ciptaan-Nya. Banyak suka duka dalam perjalanan kami menuju curug itu, di mulai dari para pengunjung lain yang melihat dengan tatapan tidak suka kepada kami karena berpakaian seperti ini. Tapi itu semua tak kami hiraukan, itu semua kami jadikan sebagai ajang dakwah bahwa wanita muslimah itu punya cara dan gayanya masing-masing untuk menyampaikan dakwah.
Setelah puas berfoto ria mengabadikan momen masing-masing, kami pun kembali menapaki jalan untuk pulang. Waktu memang sangat singkat, tak terasa kini adalah waktu kita akan berpisah kembali. Berpisah dalam kategori sementara, dan berharap akan dipertemukan kembali dalam pertemuan abadi.
Setelah pulang berkemah saya tidak langsung pulang ke rumah di Bogor, melainkan menginap di rumah mba Rahma. Kami sampai rumah pukul 02.00 WIB, karena keadaanya sangat lelah tanpa disadari saya langsung tertidur pulas saat itu juga. Ketika adzan berkumandang segera saya bangun membersihkan diri dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat ashar dan setelah itu tidur kembali.
Keesokan harinya saya pun kembali pulang ke rumah, saya berangkat dari rumah mba Rahma pada pukul 06.00 WIB, dan entah kenapa kendaraan di jalan Puncak-Bogor begitu sepi hanya beberapa kendaraan yang melintas, namun itu pun sesak dengan penumpang lainnya. Saya berhasil naik kendaraan umum pada pukul 07.00 WIB, setelah satu jam menunggu. Dan sampai di rumah pada pukul 10.00 WIB.

 @menuliskreatif.rgi | Feature

Semburat Fajar Perantara Cinta

Judul                           : Akatsuki
Penulis                         : Miyazaki Ichigo 
Penerbit                       : Mizania 
Jumlah Halaman         : 304 halaman 

Semburat Fajar Perantara Cinta

Akatsuki diambil dari Bahasa jepang yang artinya “Fajar” dan berlatar di Negara Jepang. Tergambar dari dua orang tokoh yang sama-sama menyukai fajar. Berlatar belakang sama-sama menyukai fajar yang mengantarkan kedua insan tersebut menuju pernikahan yang tak disangaka oleh keduanya namun sangat di harapkan.
Novel ini rekomended banget untuk teman-teman yang bingung ingin membaca novel apalagi. Novel ini mampu membuat suasana hati pembaca menjadi ikut dalam cerita tersebut. Baper itulah kata yang sering diungkapkan oleh remaja saat ini dan itu yang saya rasakan saat dan ketika sudah membaca novel tersebut bahkan sampai saat ini bayangan cerita tersebut masih saya ingat dalam benak. Banyak pelajaran yang didapat dari cerita tersebut apalagi fasal Cinta, karena Cinta adalah hal yang lumrah di kalangan masyarakat dan setiap insan pastinya mempunyai rasa Cinta. Cinta kedua insan yang sama-sama dijaganya meskipun mereka berbeda keyakinan. Namun itu semua bisa di wujudkan seiring berjalannya waktu karena keteguhan iman seseorang dan mampu membimbingnya menuju jalan kebenaran. Tak hanya persoalan cinta namun juga tentang teguhnya iman seseorang dalam agamanya dan mampu membuatnya untuk masuk dalam dunia yang rahmatan lil-Alamin.
Menurut saya buku ini tidak memiliki kekurangan sedikitpun. Tetapi terkadang saya mendengar celetukan orang yang melihat dari covernya. Ketika saya hendak merekomendasikan novel ini kepada teman saya dia berkata seperti ini “covernya tidak menarik, jadi malas baca”. Tetapi ketika saya terus saja menceritakan novel ini kepada teman saya hampir satu minggu berturut-turut saya bercerita tentang novel akatsuki, dia pun akhirnya mengalah dan membacanya. Setelah ia selesai membaca novel itu ternyata dia juga ikut-ikutan baper sama seperti saya dan merekomendasikan novel tersebut kepada teman-teman yang lain. Virus akatsuki pun mulai menyebar di kalangan teman-teman SMA, pada masa itu kami sedang duduk di Kelas XI semester satu.
Untuk penulis jangan pernah berhenti berkarya menerbitkan karya-karya yang lainnya. Karena disetiap karya memiliki kesan tersendiri, khususnya bagi penulis yang mungkin merasakan apa yang di tuangkan dalam tulisan tersebut dan kami seorang pembaca khususnya saya menunggu petualangan-petualangan ataupun pengalaman-pengalaman seru lainnya yang dialami. Dan bagi pembaca yang belum pernah membaca novel ini, kalian rasanya belum lengkap jika kalian belum membaca novel ini. Novel ini rekomemded banget dan novel ter-The Best versi saya, mungkin jika boleh saran novel ini boleh juga untuk di filmkan.

@menuliskreatif.rgi | Resensi

Cerpen Absurd Tentang Sahabat


Suara gemercik air mulai terdengar, membangunkan seisi rumah. Adzan subuh berkumandang menandakan waktu shalat  telah tiba. Perlahan ku buka mata dan melihat sekeliling ruangan, beranjak dari singgasanaku , membasuh seluruh tubuh. Tak lupa ku dirikan kewajibanku pagi itu. Suara demi suara di pagi itu sudah terdengar sedikit lebih nyaring menandakan Ibu sedang memasak untuk kami sarapan. Waktupun menunjukan pukul 06:15 WIB, dimana aku harus segera berangkat sekolah.
Masa putih abu-abu memang masa yang sangat menyenangkan, namun sayang tinggal beberapa bulan lagi aku harus melepas masa itu. Nama ku Clara Arnesya, dipanggil Ara, kata orang-orang si biar simple dan mudah di ingat namanya. Sekarang aku duduk dikelas XII IPA 2, kursi kanan barisan 2, anak kedua dari 2 bersaudara, punya teman baik (sahabat) cuma 2, dikelas rangking ke 2. Semua berhubungan dengan angka 2, dan gak tau kenapa suka aja dengan angka 2. Tapi beruntungnya nilai Matematika ku bukan 2, kalo iya sampe 2 abis lah pasti kena marah orang tua.
Nama sahabat ku yang pertama Nova Firly, di panggil Firly tapi berhubung aku gak bisa bilang huruf ‘R’ aku panggil dia Ily, yang hobinya cerita gak jelas. Dan sahabat ku yang kedua namanya Mentari, hobinya dia itu mengabadikan momen (memotret).
“Hm…ngapain si pagi-pagi udah bengong.” sapa Ily tanpa permisi.
“Gak ngapa-ngapin ko, cuma lagi mikir aja kenapa akhir-akhir ini Tari cuek banget sama aku.”
“Mikirnya nanti aja deh, aku belum ngerjain PR nihh.”
“Kebiasaan banget, ngerjain PR tuhh ya di rumah bukan di sekolah.”
Tanpa mendengarkan kalimat akhir ku Ily langsung mengambil tas dan buku ku. Dia  sebenarnya anak yang pintar, hanya saja rasa malasnya itu lebih dominan dibanding rajinnya.
“Brugggg!”
Suara buku berjatuhan, ternyata buku yang jatuh itu milik Tari.
“Kenapa Ri?” tanyaku.
“Gak ada yang perlu dikhawatirkan.” Ketusnya.
Hati ku mencelos mendengar perkataan sahabatku seperti itu, sudah dua tahun kita berteman dan ini adalah kemarahan pertamanya yang sangat amat dasyat bagiku. Biasanya marah pun tak sampe berhari-hari seperti ini, paling lama satu atau dua jam dan itu bisa dibilang wajar dalam persahabatan.
Hari-hari terus saja berlalu, Tari tetap saja marah dan tak ingin memberikan alasan tentang kemarahannya kepadaku. Suatu ketika aku mendengar teman kelas ku sedang berkumpul di kantin dan menyebutkan nama Tari dalam perbincangannya, aku pun mengamatinya dalam jarak yang cukup dekat karena rasa penasaran apa yang mereka bicarakan sampai menyebut nama sahabat ku itu.
“Guys, ada berita baru nih. Si Tari sekarang udah benci si Ara.” Kata Nessa.
“Ko bisa gitu si, padahalkan mereka akrab banget udah kaya adek sama kakak
.” jawab Reva.
“Ya bisalah, kan aku yang pengaruhin si Tari biar benci si Ara. Abisnya aku kesel banget sama si Ara dia tuh orang so alim banget, so pinter, so bijak pokoknya gitu dehh.” Kata Nessa.
“Segitunya banget, sampe ngancurin persahabatan orang.” Kata Ayu.
Setelah mendengar pengakuan Nessa, aku segera berlari mencari kedua sahabatku itu terutama Tari aku ingin menjelaskan apa yang baru saja aku dengar dari mulut Nessa.
“Tari!” Teriak ku ketika melihatnya. Aku segera menjelaskan apa yang aku dengar saat berada di kantin tadi.
Melihat ekspresi Tari tersenyum, aku yakin dia kembali seperti semula. Dan semua kisah yang kami rajut selama ini tidak berakhir sia-sia.
Bel pulang pun berbunyi, kami semua berhamburan keluar menuju rumah masing-masing. Aku kembali pulang dengan dua sahabat ku seperti hari-hari biasanya meskipun di persimpangan jalan kami berpisah karena jalan yang berbeda.
Sore itu ketika aku baru sampai rumah, ada kabar yang tak mengenakan hati. Tari sababat baiku dia meninggal dunia. Dia tertabrak sebuah mobil yang tak bertanggung jawab karena ugal-ugalan.


@menuliskreatif.rgi | Cerpen