Sabtu, 30 November 2019

Buat Blog

Buat Blog
Hai teman-teman, Salamat Pagi. Salam sejahtera untuk kalian semua. Nahh buat teman-teman yang ingin mempunyai blog, jangan khawatir saya akan sedikit berbagi ilmu bagaimana caranya membuat blog dengan mudah dan gratis, buat kalian yang suka nulis boleh nihh isi tulisan kalian di blog. Jangan khawatir untuk pemula karena saya pun masih dalam tahap belajar.
Nahh kali ini saya membuat blog dengan blogger. Blogger adalah sebuah layanan publikasi blog yang dibuat oleh Pyra Labs dan diakuisisi oleh Google pada tahun 2003. Secara umum, blog yang dihost oleh Google berada di bawah subdomain blogspot.com.
Pencipta: Pyra Labs
Daftar akun: Gratis
Tanggal diluncurkan: 23 Agustus 1999
Jenis situs: Blog
Ditulis di: Python
Pemilik: Google

Membuat blog

  1. Login ke Blogger. (blogger.com)
  2. Di sebelah kiri, klik Panah bawahPanah Bawah.
  3. Klik Blog baru.
  4. Masukkan nama blog.
  5. Pilih alamat blog, atau URL.
  6. Pilih template.
  7. Klik Buat blog.
Atau kalian bisa langsung instal aplikasi blogger di handphone kalian. Lalu klik buat menggunakan akun Google.
Demikian yang dapat saya tuliskan pada tulisan kali ini, semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Sampai jumpa dilain waktu untuk tulisan berikutnya.

Jumat, 29 November 2019

Bantu Pasien

Bantu Pasien
Kasfiansyah Putra


Pasien dari keluarga prasejahtera banyak yang terpaksa harus menginap di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk berobat jalan karena tinggal jauh dari kota Bandung. Melihat kenyataan itu, Kasfiansyah Putra tergerak untuk berbuat sesuatu.
Ia memfungsikan rumah kontrakannya menjadi rumah singgah bagi pasien anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sejak tiga tahun lalu, ia membuka pintu lebar-lebar bagi pasien anak-anak yang berobat rawat jalan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, tetapi tak punya biaya untuk menginap di tempat layak.
"Saya melihat banyak pasien anak-anak dari pelosok daerah yang terpaksa menginap di lorong rumah sakit hanya beralaskan tikar karena harus balik lagi keesokan harinya, sedangkan kalau pulang ke rumah biayanya mahal dan jauh. Itu yang membuat saya berpikir untuk membuka rumah singgah ini," ucap pria yang akrab disapa Afin ini ketika ditemui di rumah singgah Al Fatih, di kawasan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Rabu (6/11/2019).
Afin dan beberapa kawannya terus berupaya untuk meringankan beban pasien dan keluarga. Misalnya, dengan menyediakan makanan, tabung oksigen, hingga ambulans. Bahkan, mereka juga urunan untuk membantu menebus resep obat pasien. Terkadang, ada juga donatur yang membantu. Selain itu, mereka melakukan pendampingan untuk mengantar pasien ke rumah sakit hingga mengantar pasien sampai ke kediamannya di daerah. Sejak 2016 hingga sekarang, sudah lebih dari 100 anak yang didampingi Rumah Singgah Al Fatih. Mereka punya penyakit yang beragam dan rata-rata merupakan penyakit berat seperti kanker, hidrosefalus, bocor jantung, dan leukemia.

(Endah Asih/"PR")***#
Dari | Redaksi Pikiran Rakyat#
Bandung, 29 November 2019#

Kamis, 28 November 2019

Jangan Takut

Jangan Takut
(Ishaq Mustaqim)


"Jangan pernah takut dan khawatir tak ada yang menyayangimu karena Allah SWT yang akan menyayangi kamu seutuhnya." Itulah pesan yang disampaikan Ishaq Mustaqim. Seorang motivator remaja dan kalangan muda yang juga seorang mualaf asal Kanada ketika berkunjung ke Redaksi Pikiran Rakyat, Jalan Asia Afrika 77 kota Bandung, Selasa (26/11/2019). Ishaq berkunjung ke Indonesia untuk melaksankan safari dakwah ke kalangan di Kota Bandung atas undangan salah satu travel umrah.
Perjalanan hidup Ishaq yang lahir di Swiss, 13 Juni 1978 ini memang sangat berwarna. Sebelum mengenal dan memeluk Islam pada 2010, Ishaq yang beribu warga Swiss dan berayah asal Haiti itu hidup dalam kubangan narkoba dan pergaulan bebas. Ia bahkan menjadi gengster dan mendapat cap kriminal nomor satu di Kanada. "Namun, justru dipenjaralah kehidupan saya berubah. Hidup mewah dan mengendalikan bisnis haram di Kanada tidak membuat hidup saya tenang. Ketenangan saya rasakan setelah mengenal Islam dari seseorang yang saya kenal," kata Ishaq yang mengaku hidup berlimpah materi pada usia masih remaja karena bisnis haramnya.
Dari sanalah ia memilih jalan dakwah terutama untuk kalangan generasi muda, untuk terus dijalaninya. "Walau semuanya telah saya miliki, ternyata disana tak ada kebahagiaan karena itu semua diperoleh dengan cara yang tidak benar. Oleh karena itu, mari kita tinggalkan itu semua dan berubah menjadi orang yang berguna," ucapnya.

(Erwin Kustiman/"PR")***
Dari | Redaksi Pikiran Rakyat
Bandung, 28 November 2019

Jumat, 22 November 2019

Sepekan

Hanya tinggal satu pekan berada di tempat magang, hanya jum'at dan bertemu jum'at kembali lalu masa ini pun akan berakhir. Ada rasa sedih, haru, bahagia semua rasa bercampur menjadi satu. Tak ingin ada perpisahan, belum siap untuk berpisah, meskipun ini hanya untuk sementara. Memang pada hakikatnya ada pertemuan pasti ada perpisahan, pasang pasti akan surut, tawa pasti ada tangis semua itu telah berada dalam satu paket yang tak mungkin bisa dipungkiri.

Kamis, 21 November 2019

Ujian Ceritanya


Hari Kamis, 21 November 2019 anak kelas XI Miftahul Falah sedang melakukan ujian Harian mata pelajaran Ekonomi dengan Materi Indeks Harga dan Inflasi. Menurut saya sangat tidak mudah mengerjakan soal ini karena saya belum pernah mempelajari materi ini. Ditambah dengan terik matahari yang cukup menyengat siang hari ini dan soal yang cukup tidak mudah karena soal yang hitung-hitungan menambah hati menjadi gerah. Mengapa demikian, karena saya pun pernah mengalami hal yang sama, ulangan harian yang cukup sulit dan membutuhkan imajinasi yang cukup tinggi untuk menjawab soal. Berada diposisi kalian sebagai murid, dituntut untuk memenuhi nilai yang telah di tentukan entah ia mengerti atau tidak. Tapi yakinlah segala sesuatu yang dikerjakan pasti mempunyai manfaat, entah kapan itu pasti akan berguna, entah untuk diri kita ataupun untuk orang lain. Tetap yakin dan jangan putus asa, jangan pernah berhenti mencoba selama itu berada dalam konteks kebaikan.

#KeepSpirit


Senin, 18 November 2019

Sepenggal Kisah di bawah Langit Kota Bandung

Setiap moment menciptakan kisahnya masing-masing, baik itu kisah indah ataupun kisah yang pahit. Semua berjalan sesuai dengan roda dan jalurnya masing-masing. Di moment magang ini ada yang menceritakan kisah yang pahit ada juga kisah yang manis itu semua harus dijadikan sebagai pelajaran. Pelajaran dimana kita semua hidup membutuhkan cerminan untuk kita mengoreksi diri agar kembali ke jalan yang lebih baik.
Sudah beranjak dua minggu berada di tempat magang, yaitu ponpes Miftahul Falah Kota Bandung. Kotanya Dilan, tapi Dilannya gak ada (wkwk).
Semua masih tentang waktu yang terus berputar berputar dan berputar, tak mengenal dan memandang siapapun itu ia tetap saja berputar pada porosnya semua tergantung pada diri kita yang memenaj nya. Tak ingin kisah ini berakhir dengan begitu saja tanpa membawa sesuatu apapun. Meskipun itu hal kecil tetap saja ia akan menjadi kenangan, kenangan di masa yang akan datang.
Disini, ditempat yang saya pijak saat ini (Ponpes Miftahul Falah, Gede Bage, Bandung), saya belajar banyak hal tentang ilmu. Bahwa ilmu itu tak cukup kita cari dengan kita bersekolah saja lalu lulus, cukup dengan baca satu buku saja, masih banyak ilmu yang harus dipelajari dan digali, ditekuni hingga ia benar-benar bisa bermanfaat untuk orang banyak. Setelah bermanfaat pun, ilmu itu kita harus tetap mempelajari dan mencari ilmu sampai kita pergi ke liang lahat.
Terlalu sedikit bahkan tidak sampai satu ujung jari kuku pun ilmu yang saya punya, banyak yang lebih dan lebih banyak ilmunya dibanding saya.

Rabu, 06 November 2019

The Best of Rgi

Pengalaman baru, terima kasih Rgi yang telah memberikan pengalaman yang tak mungkin bisa dibayar dengan apapun. Semua berawal dari kemauan dan tekad yang kuat. Niat yang tulus serta doa. Tak ada lagi waktu yang sesingkat ini bisa menghasilkan beribu-ribu manusia produktif. Yang dahulunya mereka slalu minder dengan kehidupannya, ekonominya, pengalamannya untuk terjun kedunia yang sesungguhnya. Dunia yang tak kenal ampun, dunia tak memandang dia miskin ataupun kaya yang terpenting dia mempunyai skill dan mental yang kuat.
Pengalaman ini sangat, sangat, sangat mahal untuk didapat. Terima kasih telah memberikan kesempatan untuk saya bisa belajar di Rgi. Tidak ada pendidikan sebaik dan sekeren Rgi.

Jumat, 25 Oktober 2019

Just Do It

Just Do It


Jangan bosan berbuat baik
Nikmati selalu prosesnya
Syukuri dengan apa yang didapat
Jangan banyak berkeluh kesah
Dunia memang tempatnya untuk lelah
Jadikan lelah menjadi Lillah
Terus belajar dan mencoba
Tidak boleh puas dengan satu hal yang diraih

#Keep_Spirit
"Just Do It"

Kamis, 24 Oktober 2019

Ulang Tahun Ceritanya

Ulang Tahun Ceritanya


hmm buat yang pake kerudung abu berkacamata, yang sekarang lagi ulang tahun (ceritanya) ... ehhhhhh tapi bener deng kayaknya. Barakallah fii umrik, Barakallah fii rizki. Doanya yang terbaik aja yaaa, jangan lupa sama orang Bogor. Mau nagih janji buat main ke Bandung yaaa buat refreshing ok. entah kapan aja waktunya harus selalu syiappp lahhhh.
Bang Ata halilintar versi cewe kata si Neoul, dan bang Uul panggilan ku kepadanya, Orang Kircon, Bandung. Lahir Tanggal 23 Oktober 2001. yang sekarang lagi ngerjain workshop dan bentar lagi magang, Lalu wisuda truss lulus. Balik ke kampung halaman masing-masing. Hobinya coba-coba semuanya dia cobain, masuk kelas AP aja coba-coba dan akhirnya jadi ketagihan. Orangnya cukup aneh, tapi gak tau aneh dimananya pokoknya aneh lahhh. Nama Aslinya Aulia Dinka Hafidz, artinya tau cuma gak boleh dikasih tau jadi cukup dia sama orang tertentu aja yang tau (katanya).

#Yaumul Milad_Bang Uul

Rabu, 23 Oktober 2019

Kisah Singkat

Kisah Singkat


Memang benar waktu berjalan dengan singkatnya, ia tuli, buta, tak peduli dengan keadaan sekitar. Ia berjalan dengan santainya tanpa mau tau betapa banyak orang yang ingin memutar waktu itu. Sudah hampir empat bulan kini menginjakan kaki di Rumah Gemilang, tinggal menunggu beberapa saat lagi untuk ku pergi darinya.

Jumat, 18 Oktober 2019

Merajut Mimpi

Merajut Do'a
[Ketika Masa Depan yang dirajut menjadi sebuah kenyataan]
Tak pernah habis untuk memikirkan masa depan, berangan-angan dengan takdir dan kehidupan. Merajut masa depan cemerlang. Kadang terlintas memikirkan apa yang akan terjadi pada hari esok dan seterusnya apakah akan lebih baik ataupun sebaliknya. Ingat itu semua takdir Allah, kita tidak berhak untuk mendahului takdir-Nya.
Yang perlu kita lakukan saat ini adalah mempersiapkan dan merencanakan kehidupan masa depan merancangnya dengan seindah mungkin meskipun belum tentu itu semua akan manis. Fungsi kita merancang masa depan adalah untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan setelah ini, apa yang akan kita kerjakan dan apa yang akan kita perbuat agar kita tidak kebingungan terlalu lama dengan apa yang akan kita lakukan. Hidup memang realistis, mengikuti alur jalan cerita namun kita harus mempersiapakan itu agar kita tidak tersesat terlalu jauh karena kita sudah mempunyai catatan-catatan kecil tentang apa yang akan kita lakukan.
Planning saya setelah lulus dari Rumah Gemilang Ini saya ingin mondok disebuah Pesantren yang khusus untuk akhwat, saya ingin masuk pesantren khusus untuk menghafal Al-Qur'an karena saya ingin membuat Mahkota yang Indah untuk kedua orang tua saya nanti di syurga nya Allah. Tentunya jika memang  ada rezekinya disana saya ingin Pesantren yang Full Beasiswa. Target saya menghafal yaitu selama 2 tahun, semoga saja Allah mempermudah jalan dan Meridhoinya.
Setelah menghafal Al-Qur'an saya ingin membuka Rumah Tahfidz Full Beasiswa juga untuk anak-anak usia SD karena melihat keadaan jaman sekarang ini begitu miris. Banyak anak SMP, SMA bahkan mahasiswa yang tidak bisa membaca Al-Qur'an.
Selain membuka Rumah Tahfidz saya juga ingin mengajarkan atau mengamalkan ilmu yang telah saya dapatkan selama saya belajar di Rumah Gemilang ini. Tentang apa itu internet, cara penggunaan internet yang baik agar tidak terjebak dalam hutan belantaranya internet, menggunakan internet dengan hal-hal yang positif, karena kebanyakan dari anak sekarang internet itu disalahgunakan dan banyak melakukan hal yang negatif dengan internet seperti game online misalnya dan melihat film-film yang tak patut di tonton untuk anak seusianya.
Sambil membuka rumah Tahfidz saya juga ingin kuliah dengan beasiswa, kuliah di Universitas Negeri Islam jurusan Bahasa. Kenapa mengambil jurusan bahasa karena saya ingin pergi untuk bersujud di bumi Allah yang lainnya tak hanya di Indonesia di Luar Negeri pun dengan cara Allah yang saya tidak mengerti. Karena Allah Maha Segalanya.
Membuka bisnis yaitu membuat konveksi pakaian, pakaian yang akan saya pasarkan adalah pakaian muslimah baik itu untuk anak-anak, remaja ataupun dewasa hingga orang tua. Dengan brand saya sendiri yaitu Az-Zuhkruf Collection, nama Az-Zuhkruf di ambil dari nama surat di Al-Qur'an yang berarti 'Perhiasan'. Semoga saja dengan adanya pakaian muslimah dari brand saya dapat menghantarkan wanita yang memakainya menjadi wanita perhiasan Syurga kelak.
Jika saya ditanya Negeri mana yang akan kamu sujud di tempat itu selain Indonesia saya akan menjawab Makkah Al-Mukarramah. Saya sangat menginginkan untuk pergi ke Baitullah rumahnya Allah dengan keluarga saya Ayah, Ibu, Ketiga adik, nenek dan yang lainnya.
Itu semua hanya sebatas rencana manusia tentu rencana Allah lah yang lebih Indah. Namun rencana ini adalah doa dan senjata kita untuk menapaki kehidupan selanjutnya. Tetap yang harus kita lakukan saat ini adalah ihktiar dan tawakkal atas apa yang kita lakukan saat ini.
@menuliskreatif.rgi | Ujian_Akhir
@aenniyah27@gmail.com

Formulir Nurul Syarofa

 Syarat Pendaftaran
1. Yatim/Dhuafa
2. Laki-Laki
3. Usia SMP-SMA
4. Dapat berkomunikasi dengan baik
5. Memiliki keinginan yang kuat untuk mesantren. 

Fasilitas
1. Para Guru/Pengajar yang ahli dan berpengalaman
2. Lingkungan pesantren yang asri, alami dan nyaman
3. Lapangan Olahraga
4. Santri tinggal di pondokan layaknya di rumah sendiri
5. Sarana wirausaha Hidroponik dan Budidaya Domba dan Ikan serta Budidaya Tanaman Sayur.

Menyelenggarakan
1. Pesantren Tahfidz
2. Kajian Kitab Kuning
3. Bahasa Arab
4. Qur'anicpreneur
5. Agriculture
6. Public Speaking
7. Homeschooling

NB: Jika mengalami kesulitan dalam pengisian Form Online, silahkan hubungi no di bawah ini:
Ustad Ahidin : Hp/WA 0852 1996 1007




Keluarga Biasa

Keluarga Biasa
[Ketika yang biasa menjadi luar biasa]
Saya Siti Aeniyah di besarkan dan hidup di sebuah kampung kecil dengan keluarga yang sederhana. Ayah saya bernama Ade Sahirli beliau adalah seorang wiraswasta di sebuah pasar dekat dengan kampungku, beliau Lahir di Bogor pada Tanggal 08 Oktober 1979. Nama ibu beliau atau nenek saya adalah Yuyu dan nama Kakek saya adalah alm. Mahtub, kakek saya meninggal di saat saya berusia 6 tahun karena sakit. beliau meninggal dunia ba'da ashar waktu itu dan langsung di kebumikan setelah maghrib. tak ada kenangan indah yang tersisa dimemory ini karena mungkin pada saat itu ingatan saya masih belum jelas, yang tersisa hanyalah sebuah foto kusam dan itupun menurut cerita dari ayah saya di dalam foto pada saat itu kakek tidak ingin di foto alhasil gambarnya kurang bagus.

Nenek dari Ayah saya hingga saat ini Allhamdulillah masih diberikan umur panjang dan kesehatan, beliau mempunyai anak Dua belas  namun beberapa anak meninggal pada saat itu ada yang masih bayi dan ada juga yang meninggal pada saat remaja, jumlah anak yang meninggal ada Tujuh dan tinggal tersisa Lima yang Allhamdulillah sampai saat ini masih diberikan kesehatan dan usia oleh Allah SWT. Ayah saya adalah anak yang kesekian dari dua belas bersaudara, namun dari kelima bersaudara ayah saya adalah anak nomor 2. Ayah saya mempunyai satu kakak laki-laki, dua adik perempuan dan satu adik laki-laki.

Dari keluarga Ayah saya adalah cucu perempuan pertama, saat ini Kakek dan Nenek mempunyai cucu sebanyak delapan. bukan termasuk dalam golongan yang super besar menurut saya masih standar atau bahkan di bawah standar, jika dibandingkan dengan keluarga tetangga yang anaknya 8 belum di tambah cucu dan cicitnya.

Ibu saya bernama Yoyoh Maesaroh, beliau lahir di Sukabumi Tanggal 20 April 1979, sama dengan tahun kelahiran ayah. nama Ibu ibu saya yaitu almh. Cacah dan alm. Amid. Nenek  telah tiada ketika usia saya masih 5 tahun (kalo gak salah), ketika itu beliau meninggal pada pukul 7 pagi pada saat itu, karena saya masih kecil ada sedikit ingatan yang membekas di memory ketika nenek meninggal saya dititipkan dirumah tetangga dan diam tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada saat itu. Sedangkan kakek meninggal ketika usia saya menginjak kelas V MI, ada kenangan yang tersimpan di memory bersama kakek saya yaitu ketika saya mengunjungi rumah beliau, beliau selalu memanjakan saya, memangku, dan mengelus kepala saya. meskipun hanya hal sederhana namun itu sangat dirindukan. Ibu saya adalah anak terakhir dari 4 bersaudara, anak pertama atau kakak ibu saya adalah laki-laki dan dua kakak perempuan.


Saat ini kami semua keluarga besar dari Ibu ataupun Ayah hidup dalam Istananya masing-masing, jarang sekali kami semua berkumpul paling hanya dalam moment-moment spesial kami dapat berkumpul seperti dalam moment hari raya ataupun acara tasyakuran. Yang saya tahu hanya sampai kakek dan nenek saja tidak sampai ke atasnya lagi kakek nenek, kakek nya lagi nenek nya lagi dan seterusnya.
@menuliskreatif.rgi | Soal_Ujian
@aenniyah27@gmail.com
@aenniyah27 [ig]

Senin, 14 Oktober 2019

Serpihan Kisah Didalam Kehidupan

Serpihan Kisah Didalam Kehidupan
[sejuta cerita tak berbekas mengarungi kehidupan dan kini tinggal kenangan yang tersisa] 
Nama saya Siti Aeniyah, saat ini usia saya sudah menginjak 18 tahun. Nama ini diberikan oleh Kakek saya pada saat itu, namun ketika saya masih berusia 6 tahun Kakek pergi meninggal dunia karena Allah lebih menyayangi beliau. Dan tinggal nama inilah yang saya dapatkan sebagai warisan dari beliau, arti Aeniyah sendiri dalam Bahasa yaitu ‘Nyata, Nampak, Terlihat, Jelas’ dan itulah nama yang diberikan Kakek saya, yang dalam konteks Islam bahwa nama itu sebagian dari doa, semoga nama yang diberikan oleh kakek ini menjadi doa yang baik untuk kehidupan saya.
Tinggi 165 cm dengan berat badan 80 kg. Menurut ku itu adalah berat badan yang cukup ideal. Satu tahun yang lalu berat badan ku 79 kg dan kemarin sebelum masuk RGI naik 1 kg. Allhamdulillah tidak pernah berat badan ini naik secara drastis dan berharap berat badan ini turun menjadi kurang lebih 75 kg. Mempunyai wajah yang oval (lonjong), bulu alis yang tebal dan hitam, mata yang hampir kesipit-sipitan, hidung mancung kalo dilihat di samping, warna kulit sawo matang. Untuk postur tubuh dari kecil tidak pernah berubah tetap saja ideal, karena bisa jadi ini adalah gen yang di bawa oleh Ibu dan Nenek saya. Untuk badan yang gemuk saya dapatkan dari Ibu dan tinggi dapatkan dari Bapak saya. Menurut teman-teman si saya lebih mirip dengan Bapak saya ketimbang Ibu.
Saya adalah seorang yang emosional, namun semua itu diluapkan dalam diam, jika seseorang membuat marah atau emosi saya hanya diam dengan ekspresi muka malas, tak mau menanggapi jika ada yang bicara, badmood tingkat tinggi Bahasa remaja sekarangnya, tidak suka dibentak atau mendengar bentakan orang meskipun bentakan itu bukan tertuju pada saya. Saya termasuk orang yang baperan, tidak tega jika melihat seseorang menangis, ikut bahagia melihat orang lain bahagia, terutama baper masalah film ataupun novel apalagi novel remaja.
Prinsip saya itu ‘Belajar dimana pun, kapan pun dan bagaimana pun keadaannya, karena ilmu itu tidak berat untuk dibawa kemana pun. Justru jika kita mau kemana pun harus dengan ilmu’.
Saya lahir di Bogor, 27 Maret 2001 pada pukul 12.00 WIB. Disaat matahari sedang ada di atas kepala dan sedang terik-teriknya panas matahari, ibu saya melahirkan. Begitu berat perjuangan seorang ibu disaat akan melahirkan seorang anak. Saya adalah anak pertama dari empat bersaudara. Sebetulnya saya adalah anak kedua, namun karena kakak saya meninggal saat masih bayi ketika itu umurnya di dunia baru saja 8 bulan. Kakak saya adalah seorang perempuan, dan di beri nama Siti Asriyah, almarhumah lahir dua tahun sebelum saya. Saya mempunyai 3 adik, dan semuanya itu laki-laki jadi saya adalah anak perempuan satu-satunya di rumah saat ini. Adik pertama saya bernama Muhammad Ismail saat ini ia duduk di bangku MTs kelas XI, ia lahir pada tahun 2006, ketika itu usia saya baru menginjak 5 tahun karena dia lahir di bulan yang sama. Dan adik kedua saya bernama Usman kini ia duduk dibangku kelas VII MTs, ia lahir pada malam tahun baru tahun 2008 di saat puncak-puncaknya malam perayaan tahun baru bagi yang merayakannya disaat itulah adik saya lahir. Nama ia berbeda dengan nama adik saya yang lainnya tidak menggunakan nama Muhammad di depan namanya ini akibat di pengisian raport SD yang menyebabkan nama Muhammad itu menjadi hilang akhirnya berpengaruh kepada yang lainnya di mulai dari nama di kartu keluarga, ijazah dan data yang lainnya. Karena pada saat itu keluarga kami tidak mempunyai akta kelahiran satu pun dan pembuatan nama di ijazah harus mengikuti data yang ada di raport. Mereka bersekolah ditempat yang sama tepatnya sekolah yang dulu saya juga belajar disana karena sekolah itu sangat dekat dengan rumah jadi tidak perlu mengeluarkan ongkos yang terlalu banyak, cukup dengan berjalan kaki saja. Adik yang ketiga saya bernama Muhammad Annasri dia lahir di tanggal yang cantik yaitu tanggal 15 Mei 2015 dan sekarang usianya sekitar 4 tahun lebih. Adik saya ini adalah sosok yang menggemaskan namun bisa juga sangat menyebalkan jika hati saya sedang tidak mood. Nama Annasri artinya ‘Penolong’, semoga saja dengan nama yang diberikan ini ia dapat menjadi penolong bagi keluarga dan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Saya lahir dari keluarga yang sederhana, hidup di sebuah perkampungan yang masih asri, banyak air mengalir dimana-mana, sawah terhampar luas dan tak jarang banyak orang kota yang mencari tanah di sekitaran kampungku untuk membangun villa. Sebenarnya saya tak suka dengan hal semacam itu, saya sangat ingin mempertahankan keasriannya namun apalah daya karena saya hanya masyarakat biasa yang tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, lagi pula itu adalah hak seorang tuan tanah yang ingin mempertahankan tanahnya atau menjualnya. Bapak saya bekerja sebagai seorang wiraswasta di pasar Cigombong dekat dengan rumah, cita-cita beliau saat ini adalah ingin membuat usaha sendiri dengan membuka grosir di pasar, beliau ingin terlepas dari pekerjaannya saat ini karena sudah hampir 19 tahun bahkan lebih bekerja pada orang lain. Beliau tidak ingin terikat dengan itu, berangkat pagi pulang sore atau bahkan malam jika ada barang yang akan dijual keesokan harinya turun. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Dan saya adalah anak kandung dari keduanya.
Kampung Citugu Rt 04/Rw 11, Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor adalah alamat ruamh ku saat ini, kenapa dinamakan kampung Citugu, karena asal usulnya di Sebuah pemakaman ada Tugu atau Batu yang besarnya tidak terlalu besar dan tidak juga terlalu kecil dan pada jaman dulu pernah tugu itu digali dan didalamnya ada sebuah lubang seperti saluran air yang menghubungkan ke kampung lain dan kampung itu bernaman Benteng Tugu. Lubang itu tidak tetutup meskipun sudah digali jadilah kampung saya di namakan kampung Citugu karena di dalam Tugu tersebut ada air dan air dalam Bahasa Sunda itu Cai disingkat menjadi Ci dan di gabungkan dengan kata Tugu jadilah Citugu. Itu adalah sejarah singkat penamaan kampungku menurut cerita yang saya dengar dari nenek.
Masa kecil saya cukup menyenangkan karena saya anak pertama dan sering diajak jalan-jalan. Ketika usia 2 tahun saya di ajak ke Ancol dan Dufan berfoto-foto ria disana meskipun tidak tahu, tapi saya melihat fotonya dan hingga saat ini foto itu masih ada meskipun sudah kusam karena debu, pergi ke Dufan karena pada zaman itu mungkin biaya masuknya masih terjangkau. Kami pergi kesana dengan bos diperkerjaan Bapak saya dan dengan teman kerja yang lainnya. Pergi ke taman Matahari. Disitu kami difasilitasi biaya ongkos mobil pulang dan perginya saja, tidak untuk makan ataupun jajan.
Ketika saya berusia 6 tahun, beberapa bulan sebelum memasuki dunia pendidikan formal ditahun ajaran baru, saya mengalami sedikit musibah yaitu kesrempet motor. Pada saat itu saya dan teman-teman kami semua sedang bermain dijalanan berlari kesana kemari yang pada waktu itu jalanan sangat ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang, hingga suatu waktu entah bagaimana kejadiannya tiba-tiba saya terjatuh dan terseret oleh motor tersebut. Menurut saksi mata yang melihat si itu kesalahan dari saya, karena saya yang berlari agak ke tengah jalan, tapi itu tidak sepenuhnya real salah saya juga karena ada yang mengatakan bahwa pengendara motor tersebut mengendarainya hampir ke bahu jalan. Ya namanya musibah bisa terjadi kapan saja. Setelah kejadian itu berlangsung saya segera dilarikan ke Puskesmas terdekat dan segera diperiksa oleh dokter yang bertugas pada saat itu, tidak ada yang begitu mengkhawatirkan hanya luka-luka ringan pada kaki sebelah kiri dan luka memar dikedua lutut. Kejadian ini berlangsung di sore hari sekitar jam 4.30 WIB. Tak lama setelah diperiksa dan diberikan resep dokter saya diperkenankan pulang kerumah kembali. Namun hingga saat ini bekas luka di kaki sebelah kiri masih saja terlihat dan tidak hilang.
Setelah pulang dari Puskesmas Bapak memanggil tukang urut untuk memeriksa keadaan di dalam, karena beliau takut ada tulang yang geser ataupun memar, karena di Puskesmas itu hanya membersihkan bagian yang luka saja. Orang yang menabrak tersebut tentunya harus bertanggung jawab. Beliau datang mengunjungi rumah saya seminggu 2x, membawa sedikit makanan dan buah-buahan, dan memberi sedikit rezekinya kepada saya sebesar 5 ribu rupiah setiap kali menjenguk. 5 ribu pada jaman dulu tentunya berbeda dengan 5 ribu jaman sekarang, karena masih anak-anak jadi diberi berapa rupiah pun saya sangat senang berbeda dengan anak-anak jaman sekarang yang sudah mengerti tentang nominal uang. Hampir Satu bulan luka ini masih membekas, seharusnya dalam waktu dua minggu pun luka sudah mulai mengering, namun karena saya bandel tidak mau mendengarkan perkataan orang tua untuk minum obat dan tidak mau menggunakan obat-obatan tradisional jadilah lukanya lama untuk kembali pulih belum lagi makanan yang tidak bisa saya pantang, semua makanan masuk ke dalam mulut tanpa harus memilah-milahnya.
Saya sekolah di sebuah Madrasah Ibtidaiyah yang sama sederajat dengan Sekolah Dasar. Jarak dari rumah menuju Madrasah  ku tak begitu jauh, cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Karena sekolah ku swasta jadi murid yang mendaftar di sekolah itu hanyalah sedikit dan tidak sebanyak murid yang mendaftar di sekolah Negeri. Teman yang ku dapatkan pada waktu itu dan kita semua akan berjuang bersama menuntaskan masa sekolah kita selama 6 tahun ada sekitar 20 orang. Karena sekolah ku dekat jadi orang tua ku tidak mengantar atau pun menjemput ku ketika hendak sekolah ataupun pulang sekolah, Ibu mengantarkan ku pada hari pertama sekolah dan segera aku di antar masuk ke dalam kelas kemudian setelah mengantarku masuk ke dalam kelas beliau langsung pulang ke rumah. Hari-hari berikutnya berangkat atau pulang pun sendiri. Aku adalah tipe orang yang pendiam, tak banyak bicara dan tipe orang yang pemalu. Aku tidak akan berbicara atau menanyakan sesuatu jika aku tidak ditanya oleh orang lain terlebih dahulu meskipun itu hanya sekedar mengucapkan kata “hai” atau kata sapaan lainnya.
Hal yang berkesan pertama selama bersekolah adalah ketika saya berada di penghujung semester II kelas IV saya diberikan piagam penghargaan oleh wali kelas sebagai murid yang paling ‘Rapi’ di kelas. Karena pakaian yang ku kenakan selalu rapi, baju yang selalu ku masukan ke dalam rok, selalu memakai kaus kaki, hijab rapi dan bersih, peralatan belajar tidak pernah tertinggal baik itu buku maupun pensil, pulpen dan lain sebagainya. Meskipun dalam akademik saya tidak begitu menonjol. Tapi setidaknya bisa masuk ke dalam kategori sepuluh besar.
Dari jamannya sekolah MI, bahkan sebelum menginjak pendidikan formal saya sudah diajarkan mengaji al-Quran, meskipun tidak diajarkan oleh orang tua ku secara langsung. Orang tua ku memasrahkan aku untuk belajar Al-Quran kepada guru ngaji, karena dikampungku pada waktu itu dikenal dengan kampung santri saking banyaknya santri yang belajar disana. Yang saya suka pada jaman itu adalah ketika malam hari kita semua sebagai anak kecil berlarian untuk mencari ilmu bukan untuk mencari kemaksiatan seperti kebanyakan anak sekarang ini yang pergi ke warung internet. Namun saat ini sudah jarang sekali aku melihat anak kecil ataupun remaja belajar mengaji di masjid. Kini masjid itu sudah sepi tak ada lagi yang belajar agama dan mengaji disana, tidak ada yang meramaikannya lagi, sangat miris sekali hati ini melihat keadaan seperti itu.
Di sekolah MI saya diajarkan untuk menghafal surat-surat pendek di mulai dari An-Nas hingga At-Takatsur minimal, itu ketika saya menginjak kelas III MI, dan ketika saya masuk ke kelas VI saya di motivasi oleh wali kelas ku untuk terus belajar menambah hafalan. Ekskul yang ada pada sekolah kami pun terbatas, hanya ada pramuka dan pencak silat dan ekskul itu pun di masukan dalam kategori wajib yang semua siswa harus mengikutinya. Meskipun terbatas, itu tidak mengalahkan semangat kami dan jiwa kompetesi kami, teman satu kelas ku pernah ikut lomba pencak silat dalam acara PORSENI se-Kecamatan dan berhasil juara I tingkat kecamatan. Dan sekolah kami juga lah yang ditunjuk untuk menampilkan pertunjukan pembuka dalam acara tersebut. 
Sedih sekali rasanya moment perpisahan yang seharusnya menjadi kenangan pertama itu tidak ada pada takdir angkatan ku. Karena setiap satu tahun sekali sekolah mengadakan perpisahan dan tahun berikutnya sekolah mengadakan jalan-jalan (tidak perpisahan resmi). Ketika saya pergi jalan-jalan pun kedua orang tua tidak ada yang ikut, saya pergi hanya seorang diri saja bersama dengan guru pengajar dan teman-teman.
Masa MTs ku adalah masa dimana aku mulai beranjak remaja, syukurlah masa remaja ku tidak di kelilingi oleh orang-orang yang kurang baik. Aku bersekolah di sebuah MTs swasta di kampungku yang jaraknya pun tidak jauh dan sangat terjangkau dengan berjalan kaki. Pada waktu itu siswa/siswi yang mendaftar disekolahku ada 45 orang dan itu masuk dalam satu kelas karena kelas yang tersedia terbatas. Kami belajar dalam suasana desak-desakan akibat terlalu banyak kapasitas muridnya yang tidak di bagi menjadi dua kelas. Kami pulang sekolah pada pukul 12.00 WIB dan wajib mengikuti kegiatan santri yaitu halaqoh sampai pukul 13.00 WIB. saya bersyukur bisa ada halaqoh karena berkat disanalah saya hafal doa-doa harian seperti doa shalat dhuha, tahajud, dan lain-lain, dzikir, menghafal Al-Qur’an dan belajar tentang tajwid. Meskipun itu hanya satu jam namun Alhamdulillah bisa memanfaatkannya dengan baik. Sangat disayangkan mendengar angkatan tahun-tahun ini tidak ada halaqoh karena jam belajar dan jam pulang yang bertambah.
Mulai menghafal dari kelas VI, dan dilanjut di MTs hafal 1 juz dari kelas VII sampai kelas VIII, kelas IX mulai menambah hafalan ke juz 29 namun itu tidak sampai selesai hanya sampai dua surat saja. Sangat disayangkan dan sangat disesali tidak benar-benar terjun dalam dunia menghafal. Masa yang paling indah dikala itu adalah ketika kami mendapatkan tugas dekor aula untuk acara muhadhoroh, disitulah waktunya kami mengembangkan ide, kreativitas kami dalam mendekor desain ruangan agar terlihat menarik namun beredukasi tetap ada nilai filosofi dan pengajarannya. Tak mudah menyatukan pikiran banyak juga yang berpendapat dan menyanggah antara ide yang satu dengan yang lainnya, namun itu kembali kepada diri pribadi dan kekompakan dalam tim yang ada. Muhadhoroh yaitu kegiatan yang rutin dilakukan oleh santri/santriawati yang didalamnya ada kutipan pidato yang disampaikan dalam tiga Bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) umumnya yang disampaikan langsung oleh santri/santriawati sebagai ajang belajar berbicara di depan umum. Tidak hanya pidato tiga Bahasa namun ada juga pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan hiburan di akhir acara. Hiburan di tampilkan oleh masing-masing kelas yang wajib menyumbangkan partisipasinya dalam acara tersebut. Muhadhoroh itu dilakukan setiap malam ahad ba’da maghrib sampai dengan jam 11 malam. Terkadang tidak hanya muhadhoroh saja namun sesekali kami semua nonton bersama, dan tentunya film yang kami tonton adalah film yang mempunyai hikmah dan nilai pembelajaran yang bisa dipetik oleh tiap-tiap individu santri/santriawatinya.
Banyak pro dan kontra dengan adanya muhadhoroh, saya termasuk tim yang pro dengan kegiatan muhadhoroh karena kegiatan ini dapat melatih diri seseorang untuk lebih berani, bertanggung jawab, dan dapat mengembangkan ide kreativitasnya dalam kegiatan ini, mulai dari pemilihan tema, konsep dan panitia semua di susun dengan sedemikian rupa agar kegiatan tersebut berhasil dan sukses. Namun ada juga yang kontra, alasan mereka tidak setuju adalah karena jarak dari rumah mereka dengan sekolah yang cukup jauh dan terlebih kegiatan diadakan dimalam hari dan tidak memungkinkan mereka untuk pulang di malam hari. Namun banyak juga orang tua yang menjemput di malam itu dan ada juga sebagian orang yang menginap di asrama ataupun di rumah temannya. Dan rumah saya termasuk rumah yang sering dikunjungi untuk mereka tidur disana. Yang menginap di rumah saya tidak banyak hanya dua orang saja, karena fasilitas yang tidak memadai untuk menampung cukup banyak orang.
Itu adalah moment yang paling berkesan untuk saya dikala itu terlebih ketika teman saya menginap di rumah karena pada malam itu sepulang dari muhadhoroh kami tidak langsung tertidur melainkan bercerita kesana-kemari dan tertawa, meskipun hanya hal kecil namun itu membuatku sangat bahagia. Kami tidur hingga larut malam pukul 00.30 atau bahkan sampai pukul 02.00 WIB dini hari.
Seperti remaja yang lainnya kehidupanku pun tak selalu begitu baik terkadang saya nakal untuk sesekali namun nakalnya saya menurut saya si masih dalam konteks wajar, misalnya kabur pada saat halaqoh, gak ikutan muhadoroh dan karouke bersama teman-teman di dalam kelas ketika tidak ada guru yang masuk kelas. Yaa itu si hal yang umum yang sering di lakukan santri/santriawati lainnya. Masih dalam konteks wajar kan!
Tak terasa begitu cepatnya waktu berlalu hingga aku kini sudah menginjakan kaki di sekolah dengan suasana yang baru. Putih abu memamg masa yang paling menyenangkan dan itu adalah fakta yang sangat benar yang sudah saya buktikan, bahkan hingga saat ini jika di perkenankan kembali saya akan menjalaninya lagi dan menciptakan moment yang lebih indah. Saya memilih kelas MIPA untuk belajar selama tiga tahun ke dapan, bukan hobi dengan pelajaran ekshak ataupun suka dengannya melainkan hanya ikut-ikutan dengan teman-teman yang lain. Tak ada basic sedikit pun mengenai pelajaran MIPA namun perlahan-lahan waktu demi waktu aku menyukai pelajaran Biologi karena guru yang mengajar mapel tersebut sangat ramah dan mengajarkan dengan cara keibuannya sehingga membuat semua siswi terpana dan sangat ingin menjadi sosok beliau jika kita semua kelak menjadi seorang guru. Guru killer tapi baik ada beliau adalah yang mengajar mata pelajaran SKI, menurut saya beliau adalah guru ter-The Best karena kesederhanaannya, kebaikannya, dan yang terpenting beliau tidak membeda-bedakan antara murid yang satu dan yang lainnya. Tak disangka-sangka karena ujian semester saya bagus dan itu nilai hasil murni tanpa mencontek saya di berikan kenang-kenangan oleh beliau yaitu sebuah baju gamis. Tidak hanya saya saja yang di berikan kenang-kenangan atau apresiasi itu, tapi ada juga dari kelas lain yang diberikan.
Saya harus berubah menjadi sosok yang lebih baik lagi, tidak pendiam dan harus mampu bersosialisasi dengan semua teman. Itu yang saya tanamkan di dalam diri ini, lambat laun saya pun mulai mencari jati diri meskipun tidak berubah total tapi masih bersyukur dipertemukan dengan teman yang dalam satu visi dan misi dan sejalan dengan apa yang saya inginkan yang tentunya bisa mengajak aku ke jalan yang lebih baik tentunya.
Sangat disayangkan dan disesali semasa MA saya tidak menambah sedikitpun hafalan melainkan saya lalai dengannya karena menurut saya tidak ada waktu luang yang bisa dipergunakan untuk menambah ataupun murajaah hafalan. Banyak sekali tugas yang di berikan oleh para guru pada masa itu mulai dari tugas kelompok ataupun tugas individu yang setiap minggunya selalu saja ada. Sekalinya ada waktu luang di hari minggu itu dipergunakan untuk istirahat total, tanpa memikirkan sedikitpun untuk murajaah ataupun menambah hafalan.
Saya menggoreskan cerita masa Putih abu di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 4 Bogor yang letaknya cukup jauh dengan rumah namun masih dalam satu kecamatan, saya berangkat sekolah pada pukul 06.00 WIB berbarengan dengan Bapak yang akan pergi bekerja mencari nafkah. Setelah itu saya naik angkot satu kali dan turun di depan pintu gerbang sekolah dan hanya mengeluarkan ongkos sebesar 2 ribu rupiah, tetapi ketika sudah melewati jam 15.30 WIB kendaran umum di daerah situ sudah tidak ada lagi yang ada hanyalah ojek.
Cerita yang tak mungkin dapat di ulang kembali pada saat ini yaitu ketika kami pergi hiking ke gunung salak, pergi ke curug, suaka elang, ke bukit snakma, nge-camp di villa, nonton film bersama ketika jam pelajaran kosong, nonton futsal, mengerjakan PR di sekolah, dan masih banyak lagi terlebih ketika ada classmeeting ataupun lomba disekolah seperti acara 17 agustusan, memperingati hari santri nasional, hari kartini, hari guru, hari pahlawan dan lain-lain. Semua menggoreskan tinta dengan cerita yang berbeda-beda, ada suka dan ada duka dalam cerita tersebut yang hanya orang bersangkutan yang dapat merasakannya.
Pengalaman pertama saya dan teman-teman yang hampir separuhnya pernah di hukum keluar dari kelas selama belajar matematika waktu itu kami masih berada dikelas X, karena kami semua tidak mengerjakan PR yang di berikan guru pada waktu itu. Akibatnya kami semua dikeluarkan dari kelas dan mengerjakan apa yang menjadi PR sebanyak 2 kali lipat.
Selama  sekolah saya mengikuti ekrakulikuler Rohis, Marching band, dan yang terakhir padusa yang saya dapat istiqomah sampai kelas XII, karena ekskul yang lainnya hanya sampai beberapa bulan saja. Meskipun suara pas-pasan tidak bagus-bagus amat namun saya tetap bisa masuk padusa, karena yang di butuhkan padusa adalah keistiqomahan dalam berlatih dan ada kemauan mengeluarkan suara dengan aturan-aturan tertentu yang diajarkan oleh pelatih.
Pengalaman pertama padusa bisa ikut tampil dalam upacara HAB (Hari Amal Bakti) KEMENAG atau dalam acara ulang tahun Kementrian Agama pada tanggal 3 Januari 2018. Meskipun waktu liburan kami tersita untuk latihan tapi kami bangga dan harus menampilkan yang terbaik dalam acara besar tersebut. Upacara tersebut di lakukan di MAN 2 Cibinong karena pusat Kementrian Agama berada di Cibinong. Kami semua menginap di sekolah tersebut selama dua hari satu malam, namun itu lah pengalaman yang tidak bisa di beli dengan apapun sangat disayangkan jika dalam moment besar tersebut saya tidak ikut.
Kegiatan yang saya suka selama dikelas yaitu selalu melantunkan Marhaba karena banyaknya anak santri di kelas saya. Namun penampilan atau gaya mereka tidak menunjukan bahwa mereka adalah seorang santri. Penampilan mereka seperti kebanyakan remaja SMA masa sekarang, namun ilmu agama nya tak kalah juga mereka banyak pelajari. Setiap kali istirahat setelah mereka melaksanakan shalat dzuhur mereka selalu membaca Marhaba yang membuat isi kelas menjadi adem, tentram dan nyaman. Namun ada kalanya juga mereka menjadi biang onar di antara teman-teman yang lainnya.
Hal yang paling membingungkan adalah ketika kita sudah menginjak kelas XII, kenapa begitu? Karena itu hal yang akan menentukan kemana hidup kita akan dibawa. Apakah akan tetap selalu mengandalkan uang orang tua, meskipun mereka suka rela memberikannya tanpa meminta imbalan atau balasan apapun. Ataukah harus bekerja yang entah harus kerja sebagai apa setelah lulus SMA. Ingin rasanya melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namun disitu saya berpikir, saya adalah anak pertama adik saya masih tiga yang harus di biayai pendidikannya juga tak mungkin orang tua hanya memikirkan saya. Dan saya pun harus turut ikut membantu kedua orang tua saya, karena saya tidak ingin selalu membebankan mereka meskipun itu tidak dimintanya.
Saya mengetahui informasi tentang RGI dari teman satu bangku saya, dia mengetahui RGI dari saudaranya yang lulus pada Angkatan-17.  Saya sangat tertarik ingin masuk ke RGI, karena waktu itu Saya masih kelas XI dan itu kesempatan saya untuk banyak berdoa agar saya bisa lolos seleksi untuk menjadi santri RGI. Tak hentinya terus mencari informasi dari social media tentang apa itu RGI, dan perkembangan kapan akan di buka pendaftaran tahun ajaran baru. Kami sudah berniat dan berencana akan daftar dan ikut diklat di RGI setelah lulus sekolah nanti.
Ujian-ujian pun kami semua lewati, entah nilai apa yang saya dapatkan baguskah ataupun sebaliknya. Karena jujur saja selama akan menghadapi ujian saya tidak benar-benar belajar mempersiapkannya. Yang terlintas dibenak saya adalah yang penting lulus dan dapat mengamalkan ilmu yang didapatkan. Waktu ujian telah terselesaikan tinggal beberapa waktu lagi saya lulus dari masa menyenangkan ini. Sedih dan bahagia bercampur menjadi satu, bahagia karena tak akan lagi mendapatkan banyak tugas dari para guru dan sedih karena akan berpisah dengan teman-teman. Terlalu banyak kenangan yang disimpan di memori ini, baik itu kenangan indah ataupun pahit semua telah ditelan dalam hati ini dan tak mungkin akan terulang kembali.
Setelah lulus dari sekolah kegiatan saya sehari-hari di rumah seperti pengacara yaitu penganguran yang tidak mempunyai acara apapun. Saya buka-buka web dan social media RGI, apakah RGI sudah membuka pendaftaran untuk angkatan yang baru atau belum. Setelah mengetahui pendaftaran telah dibuka saya segera mempersiapkan persyaratan yang harus dilengkapi, dimulai dari SKTM, Surat Rekomendasi dari sekolah, Surat keterangan sehat dan lain sebagainya. Saya mendaftar online melalui web Rumah Gemilang Indonesia. Lulus MA angkatan ke-21 dan daftar RGI angaktan ke-21 juga. Saya dan kedua teman saya ketika pergi interview di antar oleh alumni. Waktu itu saya mendaftar pada gelombang I dan interview dua hari setelah puasa. Saya interview sebelum ashar karena banyaknya santri yang belum di interview juga. Dan pualang sampai ke rumah berbarenagn dengan adzan maghrib.
Hasil seleksi telah di umumkan, rasanya percaya tidak percaya bisa diberikan kesempatan bisa belajar di Rumah Gemilang Indonesia. Itu bukan suatu hal yang kebetulan belaka, tentunya sudah menjadi takdir dan ketetapan Allah saya bisa menjadi santri RGI. Tak terasa kini waktu tetap saja berjalan, sudah hampir menginjak tiga bulan saya berada di Rumah Gemilang Indonesia dan saat ini sudah berada di pertengahan bulan  yang artinya sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir, workshop dan magang.
Saya mengisi kehidupan remaja menuju dewasa saya dengan membaca novel, novel yang dibaca yaitu novel remaja yang tak jauh dari cerita cinta. Dengan banyak membaca cerita-cerita seperti itu saya menjadi seorang yang baperan, hati mudah tersentuh, mudah menangis, bahagia, haru, dan semuanya saya rasakan. Novel baper yang pernah saya baca dan masih teringat dengan ceritanya yaitu novel Akatsuki, novel Assalamualaikum Calon Iman, dan novel Cinta Dalam Diam. Ingin rasanya kehidupan berakhir indah seperti yang ada dalam kisah-kisah novel tersebut, namun pada kenyataannya hidup tak se-simple dengan cerita yang ada di novel. Kehidupan nyata jauh lebih indah jika kita yang menjalaninya bisa memanfaatkannya tanpa harus muluk-muluk ingin ini dan ingin itu. Cerita di dalam novel tidak begitu mempengaruhi kehidupan saya hanya saja soal rasa, yang dulunya saya tidak pernah menangis dengan hal kecil kini jadi mudah menangis dan terharu.
Selama bersekolah di MI saya tidak mempunyai sahabat, ketika MTs saya mempunyai dua sahabat yang selalu mengingatkan dan mengajak kepada kebaikan. Ketika MA pun saya hanya mempunyai dua orang sahabat yang sudah menjadi seperti keluarga. Dan beruntung sampai saat ini kami masih diperkenankan heran banyak orang yang tidak menyukai dengan persahabatan kami bertiga, namun siapalah mereka yang hanya mampu menilai semua dari cover dan entah dengan alasan apa pula mereka tidak menyukai kami padahal sedikitpun kami tidak pernah mengusik kehidupan mereka.
Cinta terhadap lawan jenis tentunya naluriyah yang dimiliki setiap manusia, siapa si yang tidak mengenal cinta atau virus merah jambu. Hal ini adalah hal yang lumrah terjadi dikalangan remaja jaman sekarang dan tergantung kita sebagai manusia yang menjalaninya ingin mengungkapkannya dalam jalan yang salah atau memendamnya saja. Dan saya termasuk orang yang memendam rasa itu tak ingin di ungkapkan atau sekedar mengumbarnya kepada orang banyak karena jodoh hanya rahasia Allah SWT saja, kita hanya perlu menjalaninya dengan hati yang ikhlas dan tulus. Pertama mengenal cinta itu ketika saya duduk di bangku SD, waktu itu kira-kira kelas III SD. Entah itu yang dinamakan cinta atau hanya sekedar mengagumi saja karena ketampanan wajahnya, biasalah jamannya SD kan masih jaman polos-polosnya. Rasa itu mulai hilang ketika saya naik ke kelas VI karena sudah mengetahui sifat dan gayanya yang ikut kekinian tidak seperti dulu yang masih bocah dan polos.
Di MTs pernah juga merasakannya namun itu hanya sesaat saja karena ada teman yang menyebar fitnah kalo saya cinta sama dia, tapi kenyataannya tidak bercerita tentang lawan jenis pun tak pernah. Karena keseringan di ledek akhirnya rasa itu muncul dengan sendirinya setiap kali dekat dengannya pasti ada debaran jantung yang berbeda namun seiring berjalannya waktu rasa itu pun hilang tanpa jejak. Dan menurut saya itu bukan cinta, itu hanya sekedar terbawa perasaan sesaat.
Cinta di SMA menurut kebanyakan orang si itu cinta yang paling indah dan banyak benih-benih cinta yang bersemi dihati, tapi tidak dengan saya mungkin ini cara Allah menjaga hati saya. Pernah suka terhadap teman sampai-sampai terbawa perasaan. Namun hati ini kembali di ingatkan dan rasa itu hilang begitu saja setelah mengetahui ia memiliki karakter yang suka mempermainkan wanita. Bersyukur sekali Allah segera menegur hati saya dan saya kembali teringat tidak ada cinta yang sesungguhnya kecuali cinta kepada Sang Pencipta.
Meskipun bukan orang yang ahli dalam bercinta, tapi sedikit banyak saya tahu mengenai permasalahan yang ada dalam hubungan yang dilarang yaitu pacaran. Karena saya meneliti apa saja yang dilakukan orang berpacaran, masalah apa saja yang ada dalam pacaran. Dan masalah yang sama selalu berulang-ulang dalam tiap hubungan. Jadi buat, itu Cuma buang-buang waktu, mending ngerjain sesuatu yang lebih bermanfaat dari pada pacaran gak jelas yang bahagianya sesaat dan dosanya bertumpuk-tumpuk.

Saya memiliki dua sahabat yang Allhamdulillah mereka senang bercerita atau curhat dan saya lebih senang mendengarkan cerita ketimbang bercerita. Itulah siklus kehidupan jika ada yang berbicara maka harus ada yang mendengarkan, namun tak jarang pula kami beradu mulut mempertahankan pendapat masing-masing. Saya dan kedua sahabat saya, kami bersama untuk menuntut ilmu dan mencari ilmu ditempat yang sama meskipun berbeda jurusan. Tapi kami sama-sama mempunyai komitmen untuk sukses bersama dengan jalan yang berbeda-beda dan di Rumah Gemilang inilah langkah awal kami untuk memulai kata ‘Sukses’ itu. []

@menuliskreatif.rgi | Otobiografi
@aenniyah27@gmail.com
@aenniyah27 [ig]

Senin, 30 September 2019

Cara Membuat tema Di Wordpress (CMS)

Langkah yang harus dipersiapkan dalam membuat tema adalah yang pertama mempersiapkan web yang akan kita buat tema tersebut. Kita instal terlebih dahulu lalu Extract dengan cara klick Extract Here dan simpan di folder C/xampp/htdoct/nama folder. setelah dibuat Folder nya kita buka menggunakan alamat IP/nama folder yang dibuat lalu kita buat databasenya dengan cara klick di search Localhost/phpmyadmin.
Cara membuat Tema anak dalam Wordpress (CMS)
Tema anak yang akan digunakan kali ini yaitu dengan Tema Twenty Seventeen

  1. Buka Folder yang digunakan di htdocs, saya beri nama di folder tersebut aeniyah. 
  2. Buka folder dengan nama aeniyah wp-content, lalu klick themes
  3. Klick New Folder, beri nama folder tersebut dan saya beri nama aeniyah pada folder tersebut.
  4. Klick folder baru tadi > Klick kanan > pilih kata "New" > Teks Document ( Rename menjadi "style.css" )
  5. Klik kanan pada style.css > Klik Edit with Notepa++
  6. Buka style.css dari tema asli yang kita buat tema tersebut, lalu copy.
  7. Buka style.css yang akan kita buat tema tadi lalu paste.
  8. Tambahakan dan ganti nama kode berikut:
*/
  • Thema Name :
  • Thema URL :
  • Description :
  • Author :
  • Author URL :
  • Tempalte :
  • Version :
  • Teks Domain :
@import url("../nma tema/style.css");

/*

NB : Untuk Teks Domain menggunakan Nama Folder Tema (aeniyah), jangan lupa import agar menyatakan bahwa tema yang dibuat berasal dari tema utama yang mana, setelah selesai klik save.

9. Buka dasbor wordpress, buka menu Appearance > Themes untuk melihat Thema anak yang sudah dibuat dan klik Activate.


10. Buka website yang digunakan lalu Refresh maka tema akan berubah dan agak sedikit berantakan karena functions.php belum digunakan.


11. Dari menu Appearance > Editor pilih functions.php. Copy dan paste kode ini
<?php
add_action( 'wp_enqueue_scripts', 'enqueue_parent_styles' );
function enqueue_parent_styles() {
wp_enqueue_style( 'parent-style', get_template_directory_uri().'/style.css' );
}
?>
12. Klik Update dibagian bawah halaman untuk menyimpan perubahan.
13. Buka kembali Website maka tema akan melihat css yang sudah bisa dipanggil dan tema sekarang sudah terlihat sama persis dengan tema utama.

Rabu, 25 September 2019

Diary Absurd

Rabu, 26 Juni 2019 hari pertama saya masuk RGI setelah dinyatakan lulus seleksi melewati beberapa tahapan. Mulai dari daftar online dan interview.  Awalnya masih percaya gak percaya bisa lolos seleksi masuk RGI dengan banyaknya calon santri yang mendaftar. Tapi Allhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk bisa belajar di RGI. Hari pertama masuk saya di antar oleh keluarga  mulai dari Ayah, Ibu, dan ketiga adik saya.
Dengan bawaan yang tak sedikit, saya membawa tiga ransel yang di dalamnya ada bantal, selimut, baju dan yang lainnya. Lalu bawa satu plastik besar yang isinya adalah ember. Saya tidak tahu kalo di RGI semua fasilitas sudah disediakan. Awalnya sempat malu juga karena barang bawaannya banyak. Tapi ya setelah dijalani ternyata memakai milik sendiri itu lebih leluasa memakainya.
Hari pertama masih agak malu-malu untuk berkenalan dengan santri yang lainnya, meskipun ada teman satu sekolah yang lolos juga. Karena ini adalah kali pertama saya jauh dari orang tua dan masuk asrama. 
Hari pertama saya tidur di asrama satu dengan 20 orang santri, suhunya begitu panas meskipun memakai AC, karena harus beradaptasi terlebih dahulu. Hari kedua, yaitu masa ta’aruf (perkenalan) antar santri dan para instruktur. Kami para santri diharapkan bisa saling mengenal satu dengan yang lainnya, mempererat tali persaudaraan. Banyak santri dari luar daerah yang berbeda-beda, bahasa, suku, dan budaya. Disini kami disatukan dengan tujuan yang sama, yaitu sama-sama menuntut ilmu. Setelah masa ta’aruf selesai saya di pindahkan ke asrama dua dengan santri 19 orang. Jumlah santri yang di terima di RGI ada 120 orang, perempuan 61 orang, sedangkan laki-laki 59. Saya mempunyai teman baru dari berbagai daerah seperti Bogor, Bekasi, Bandung, Jakarta, Sulawesi, Kalimantan dan yang lainnya. Kami semua bertukar cerita tentang kampung halaman kami masing-masing.
Disini kami diajarkan tentang kedisiplinan, dimulai dari bangun pagi untuk tahajud, yang semula dirumah jarang banget tahajud, shalat duha, belajar ilmu agama atau disebut SCC(Spiritual Care community) ada mata pelajaran Fikih, Al-Qur’an Hadist, kitab, baca Al-Qur’an, pelajaran formal, menulis kreatif, kultum. Belajar tanggung jawab untuk diri sendiri dan lingkungan, mulai dari cuci baju sendiri, masak, membersihkan lingkungan, menjaga diri sendiri. Selesai kegiatan, jika tidak ada jam tambahan kami pasti kumpul diluar untuk sekedar bersenda gurau ataupun makan-makan sebelum kami semua pergi untuk istirahat.

@menuliskreatif.rgi | Diary
@aenniyah27@gmail.com
@aenniyah27 [ig]

Film Pendek "SPEED" | Rumah Gemilang Indonesia

Absurd Story

Satu Malam Yang Tak Bertepi
[Secarik Kisah Yang Tak Terlupakan Telah Terlewatkan]


Semilir angin pagi menerpa wajah manisku, wajah yang baru saja di poles dengan sedikit taburan bedak. Saya berniat akan pergi menjumpai saudariku di Puncak-Bogor sana untuk camping dan berlibur sesaat sebelum masuk masa diklat, tentu dengan izin dari kedua orang tua. Saya berangkat dari rumah pukul 07.00 WIB sekiranya tidak macet dapat diperkirakan saya sampai pada pukul 08.30 WIB. Namun pada kenyataannya saya sampai disana pada pukul 10.30 WIB dikarenakan pada hari itu masih termasuk hari libur sekolah dan hari pertama masuk kerja untuk karyawan swasta ataupun yang lainnya. Kemacetan terjadi karena buka tutup jalur agar mengurangi sedikit kemacetan di upayakan oleh polisi.
Sesampainya di rumah mba Rahma saudari perempuan saya di Puncak, tak lama kemudian saya dan mba Rahma pergi kembali ke tempat tujuan sesungguhnya yaitu tempat perkemahan Mandalawangi daerah Cibodas. Kami berangkat dari rumah pukul 13.00 WIB. Saya berkemah tidak hanya berdua saja, namun disana ada delapan orang teman mba Rahma yang telah menunggu. Total semua yang ikut berkemah adalah sepuluh orang. Tentu seperti kebanyakan orang berkemah, teman-teman mba Rahma  membawa perlengkapan kemah seperti tenda, kompor, alat masak  dan yang lainnya untuk keperluan bersama. Berbeda dengan saya dan mba Rahma, di dalam ransel kami tidak ada peralatan yang pada umumnya orang berkemah bawa. Kami hanya membawa jaket tipis, selimut kecil yang hanya cukup untuk satu orang, dompet, peralatan shalat dan handphone.
Setelah menemukan tempat yang pas untuk kami istirahat, segera kami dirikan tenda. Tenda yang kami dirikan ada tiga. Waktu terus saja berlalu, matahari mulai menunjukan semburat jingga menampilkan keindahannya. Tiada henti mata kami memandang dan berlomba mengabadikan momen terbaik di kala itu.
Matahari pun sudah enggan memamerkan keindahannya, kini ia di gantikan oleh sang rembulan. Selepas shalat isya kami semua berkumpul melingkar diluar tenda untuk sekedar bercengkrama menukar pikiran satu sama lain. Kami menghangatkan tubuh kami dengan membakar kayu-kayu kering yang kami cari di sore hari, tak lupa dengan secangkir kopi yang disuguhkan. Malam semakin larut dan hawa dingin mulai menusuk hingga ke tulang. Kami telah menghabiskan banyak cerita, mulai dari pengalaman pribadi, kejadian-kejadian konyol ataupun aneh yang memalukan lainnya. Setelah puas bercerita kami semua masuk tenda masing-masing dan tertidur.
Keeseokan paginya kami pergi hiking ke curug Cibereum dengan rute yang tidak mudah ditempuh. Kami semua pergi dengan pakaian drass panjang dan jilbab menjulur, berbeda dari kebnayakan orang hiking biasanya yang menggunakan celana dan baju kaos biasa. Banyak lintasan yang kami lalui salah satunya ‘Jalur Mantan’ yang pada kenyataannya itu adalah ‘Jalur Lintasan Babi’, semua terbahak mendengar pernyataan yang dilontarkan itu. Tak heran pikiran kami pun langsung tertuju pada masa lalu suram itu yang tak harus diulanginya lagi.
Sesampainya di Curug kami semua senang melihat air terjun yang jatuh dari atas ke bawah tak henti-hentinya, itu semua bukan kali pertama untuk saya namun hal seperti itu selalu mengingatkan saya agar selalu bersyukur atas Ciptaan-Nya. Banyak suka duka dalam perjalanan kami menuju curug itu, di mulai dari para pengunjung lain yang melihat dengan tatapan tidak suka kepada kami karena berpakaian seperti ini. Tapi itu semua tak kami hiraukan, itu semua kami jadikan sebagai ajang dakwah bahwa wanita muslimah itu punya cara dan gayanya masing-masing untuk menyampaikan dakwah.
Setelah puas berfoto ria mengabadikan momen masing-masing, kami pun kembali menapaki jalan untuk pulang. Waktu memang sangat singkat, tak terasa kini adalah waktu kita akan berpisah kembali. Berpisah dalam kategori sementara, dan berharap akan dipertemukan kembali dalam pertemuan abadi.
Setelah pulang berkemah saya tidak langsung pulang ke rumah di Bogor, melainkan menginap di rumah mba Rahma. Kami sampai rumah pukul 02.00 WIB, karena keadaanya sangat lelah tanpa disadari saya langsung tertidur pulas saat itu juga. Ketika adzan berkumandang segera saya bangun membersihkan diri dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat ashar dan setelah itu tidur kembali.
Keesokan harinya saya pun kembali pulang ke rumah, saya berangkat dari rumah mba Rahma pada pukul 06.00 WIB, dan entah kenapa kendaraan di jalan Puncak-Bogor begitu sepi hanya beberapa kendaraan yang melintas, namun itu pun sesak dengan penumpang lainnya. Saya berhasil naik kendaraan umum pada pukul 07.00 WIB, setelah satu jam menunggu. Dan sampai di rumah pada pukul 10.00 WIB.

 @menuliskreatif.rgi | Feature